Senin, 06 Januari 2014

penggugah



BUKAN SEKEDAR DA’I
(lingkup kecil)

Secara umum seorang aktivis dakwah memiliki dua misi utama yaitu perbaikan dan perubahan. Kedua misi utama ini mengisyaratkan bahwa tempat sasaran dakwah itu tidak kondusif dan bahkan bermasalah. Oleh karena itu, seorang aktifis dakwah harus mempersiapkan diri, mempersiapkan strategi, dan mempersiapkan amunisi sebelum beraksi.
Sebelum menuju ketiga hal diatas, perlu ada identifikasi terlebih dahulu terhadap permasalahan yang terjadi dalam lingkup sasaran dakwah kita. Setelah itu, kemudian kita rancang solusi yang akan ditawarkan menuju perubahan dan perbaikan.
Hal ini juga dilakukan oleh Rasulullah saw. Pada masa sebelum kenabian, sebagai seorang manusia yang memegang teguh agama wahyu, agama yang dibawa oleh nenek moyangnya, nabi Ismail as. Beliau memiliki segudang permasalahan umat yang sangat plural di dunia. Semua permasalahan ini beliau dapat dari perjalanan hidupnya sebagai wirausahawan yang telah berkeliling sebagian besar belahan dunia. Kejadian-kejadian semasa perjalanannya membuat beliau merasa “greget” untuk merubah peradaban dunia. Sehingga Rosulullah saw memilih untuk menyendiri, merenung, dan bertafakur di gua hira untuk memikirkan solusi atas permasalahan umat yang terjadi. Hingga akhirnya beliau mendapatkan wahyu –solusi dari Alloh- yang telah direncanakan oleh Alloh SWT sebagai tanda bahwa kenabian tidak bisa diperoleh dengan usaha. (al-hajj:75)
Sebagai seorang aktivis dakwah yang membawa misi perubahan dan perbaikan seharusnya mempersiapkan dirinya menjadi sosok aktivis dakwah yang ideal dengan membina dirinya menuju insan sempurna (tarbiyyah dzatiyah). Selain itu pula mempersiapkan diri menghadapi segala permasalahan dan tantangan yang akan dihadapi sebagai benteng penguat diri mempertahankan dan mengembangkan misi dakwah dengan pemahaman, keikhlasan, amalan yang nyata, kesungguhan, ketaatan kepada Alloh, kesiapan  senantisa memberi, ketegaran, menjadikan dakwah sebagai profesi utama, kepercayaan terhadap pemimpin, dan menjaga ukhuwah.
Mempersiapkan strategi menjadi penting sebagai taktik menerapkan solusi yang kita tawarkan untuk dakwah. karena dakwah harus terstruktur dengan rapi baik rapi dalam barisan masa (ash-shaff:4), ataupun rapi dalam pelaksanaan misi. Optimalisasi peran pemimpin (qiyadah) dan anggota (jundi) menjadi penting dalam inisisasi strategi baik inisisasi dalam basis pembawa misi, ataupun inisiasi eksternal (sasaran dakwah).
Selanjutnya yang kita lakukan adalah mempersiapkan amunisi sebagai media penyampaian dakwah. amunisi ini bisa berupa apapun misalnya berupa bulletin, quotes-quotes yang membangun dan memotivasi, artikel, gambar-gambar, dll. Mempersiapkan amunisi bisa memperhitungkan kemampuan internal dalam basis (aktivis dakwah). kemampuan itu dapat dioptimalkan untuk mempersiapkan amunisi sekreatif mungkin.
Semua persiapan yang telah dilakukan dicurahkan dalam aksi-aksi nyata para aktivis. Dengan tetap memperhatikan keteladanan baik bagi objek dakwah (qudwah hasanah). Selain itu, setiap langkah aksi harus diiringi dengan evaluasi untuk pertimbangan aksi berikutnya supaya dakwah yang dilakukan tidak terkesan flat namun terus berkembang.
Aktivis dakwah hanyalah manusia, terkadang benar terkadang salah, terkadang lupa, terkadang semangat, terkadang lemah (futur). Oleh karena itu, mintalah pertolongan, kekuatan, dan kemenangan kepada-Nya. Hingga pada akhirnya, semua kita serahkan segala kelebihan dan kekurangan kita kepada-Nya sebagai pemberi jawaban atas ikhtiar yang kita lakukan sebagai aktivis dakwah. kemengan ataupun ketidakmenangan akan membawa kita dalam tahap belajar, belajar, dan belajar. Bukan hanya senyum lebar ataupun wajah masam tapi semua kejadian  berorientasi pada perubahan internal.
Wallohu a’lam.

apakah anda puas dengan bacaan pada blog ini?