BUKAN SEKEDAR DA’I
(lingkup kecil)
Secara umum seorang aktivis dakwah memiliki dua misi
utama yaitu perbaikan dan perubahan. Kedua misi utama ini mengisyaratkan bahwa
tempat sasaran dakwah itu tidak kondusif dan bahkan bermasalah. Oleh karena
itu, seorang aktifis dakwah harus mempersiapkan diri, mempersiapkan strategi,
dan mempersiapkan amunisi sebelum beraksi.
Sebelum menuju ketiga hal diatas, perlu ada identifikasi
terlebih dahulu terhadap permasalahan yang terjadi dalam lingkup sasaran dakwah
kita. Setelah itu, kemudian kita rancang solusi yang akan ditawarkan menuju
perubahan dan perbaikan.
Hal ini juga dilakukan oleh Rasulullah saw. Pada masa sebelum
kenabian, sebagai seorang manusia yang memegang teguh agama wahyu, agama yang
dibawa oleh nenek moyangnya, nabi Ismail as. Beliau memiliki segudang
permasalahan umat yang sangat plural di dunia. Semua permasalahan ini beliau
dapat dari perjalanan hidupnya sebagai wirausahawan yang telah berkeliling
sebagian besar belahan dunia. Kejadian-kejadian semasa perjalanannya membuat
beliau merasa “greget” untuk merubah peradaban dunia. Sehingga Rosulullah saw
memilih untuk menyendiri, merenung, dan bertafakur di gua hira untuk memikirkan
solusi atas permasalahan umat yang terjadi. Hingga akhirnya beliau mendapatkan
wahyu –solusi dari Alloh- yang telah direncanakan oleh Alloh SWT sebagai tanda
bahwa kenabian tidak bisa diperoleh dengan usaha. (al-hajj:75)
Sebagai seorang aktivis dakwah yang membawa misi
perubahan dan perbaikan seharusnya mempersiapkan dirinya menjadi sosok aktivis
dakwah yang ideal dengan membina dirinya menuju insan sempurna (tarbiyyah
dzatiyah). Selain itu pula mempersiapkan diri menghadapi segala permasalahan
dan tantangan yang akan dihadapi sebagai benteng penguat diri mempertahankan
dan mengembangkan misi dakwah dengan pemahaman, keikhlasan, amalan yang nyata,
kesungguhan, ketaatan kepada Alloh, kesiapan senantisa memberi, ketegaran, menjadikan
dakwah sebagai profesi utama, kepercayaan terhadap pemimpin, dan menjaga
ukhuwah.
Mempersiapkan strategi menjadi penting sebagai taktik
menerapkan solusi yang kita tawarkan untuk dakwah. karena dakwah harus
terstruktur dengan rapi baik rapi dalam barisan masa (ash-shaff:4), ataupun
rapi dalam pelaksanaan misi. Optimalisasi peran pemimpin (qiyadah) dan anggota
(jundi) menjadi penting dalam inisisasi strategi baik inisisasi dalam basis
pembawa misi, ataupun inisiasi eksternal (sasaran dakwah).
Selanjutnya yang kita lakukan adalah mempersiapkan
amunisi sebagai media penyampaian dakwah. amunisi ini bisa berupa apapun
misalnya berupa bulletin, quotes-quotes yang membangun dan memotivasi, artikel,
gambar-gambar, dll. Mempersiapkan amunisi bisa memperhitungkan kemampuan
internal dalam basis (aktivis dakwah). kemampuan itu dapat dioptimalkan untuk mempersiapkan
amunisi sekreatif mungkin.
Semua persiapan yang telah dilakukan dicurahkan dalam
aksi-aksi nyata para aktivis. Dengan tetap memperhatikan keteladanan baik bagi
objek dakwah (qudwah hasanah). Selain itu, setiap langkah aksi harus diiringi
dengan evaluasi untuk pertimbangan aksi berikutnya supaya dakwah yang dilakukan
tidak terkesan flat namun terus
berkembang.
Aktivis dakwah hanyalah manusia, terkadang benar
terkadang salah, terkadang lupa, terkadang semangat, terkadang lemah (futur). Oleh
karena itu, mintalah pertolongan, kekuatan, dan kemenangan kepada-Nya. Hingga pada
akhirnya, semua kita serahkan segala kelebihan dan kekurangan kita kepada-Nya
sebagai pemberi jawaban atas ikhtiar yang kita lakukan sebagai aktivis dakwah.
kemengan ataupun ketidakmenangan akan membawa kita dalam tahap belajar,
belajar, dan belajar. Bukan hanya senyum lebar ataupun wajah masam tapi semua
kejadian berorientasi pada perubahan
internal.
Wallohu
a’lam.